Incentive Tour ke “Negeri Diatas Awan”



Ketika mendengar Dataran Tinggi Dieng, Apa yang terbayang di benak kalian kawan? Apa saja yang bisa kalian kunjungi disana. Dataran Tinggi Dieng terletak di Jawa Tengah, kurang lebih 1 jam perjalanan dari Wonosobo dan sekitar 4 jam dari solo tempat . Ketinggian rata-rata sekitar 2000m DPL ( diatas permukaan Laut), dengan suhu relatif antara 8-22°C. Di Musim Kemarau, suhu dapat menurun drastis hingga mencapai 0°C di pagi hari sehingga ketika saat itu kita bisa melihat embun membeku dan badan gue yang menjadi kayak es gara-gara kedinginan(mikir: lama lama disini gue bisa jadi es beneran hahahah). Perjalanan dari solo menggunakan mobil elf cukup membuat saya bosan tapi semua terbayar ketika mulai meliuk-liuk naik menyusuri jalan yang cukup terjal dan untung ajah gag masuk jurang karena drivernya ngebut, . Saat itu kabut tebal bahkan menutupi perjalanan saya dan ketika berhasil menembus kabut..Saya melihat lukisan Maha Pencipta nan indah di sepanjang kanan kiri perjalanan. Komplek persawahan yang membuat mata sejuk dan rela untuk berlama-lama disana walau hanya sekedar duduk ditemani secangkir kopi. Saya menyebutnya sebuah negeri dongeng di atas awan.

aku pengen nyanyi dulu Bro 


Negeri Di Awan


Di bayang wajahmu 
Kutemukan kasih dan hidup
Yang lama lelah aku cari 
Dimasa lalu
 
Kau datang padaku
Kau tawarkan hati nan lugu 
Selalu mencoba mengerti 
Hasrat dalam diri
 
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Dan kini tengah kaubawa

Aku menuju kesana
Ternyata hatimu 
Penuh dengan bahasa kasih 
Yang terungkapkan dengan pasti 
Dalam suka dan sedih



Wisata yang ditawarkan dataran tinggi Dieng cukup beragam, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata pendidikan sampai wisata kuliner. Wisata alam memang menjadi tujuan utama karena cukup banyak panorama alam yang disajikan dengan jarak tiap tempat yang cukup dekat jika ditempuh dengan bus.


Kawah sikidang, disebut sikidang karena semburannya yang berpindah-pindah tempat. Sejauh mata saya memandang hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam besar yang terus menerus mengeluarkan asap belerang yang baunya sangat kuat sehingga pengunjung tidak boleh terlalu lama berada di area tersebut. Telaga warna dan telaga pengilon. Dinamakan telaga warna karena permukaan airnya dapat berubah warna ketika disinari oleh cahaya matahari. Saat itu warna telaga yang saya lihat adalah perpaduan hijau kebiruan susu. Ketika berjalan menuju telaga, saya menemui jajaran pohon pinus yang cukup rimbun. Semakin dekat bau belerang mulai tercium.Ternyata view telaga warna terlihat lebih indah jika dilihat dari atas dengan menaiki bukit yang berada disekitarnya. 



Belum habis membicarakan potensi wisata Dieng Plateau, Tak kalah menarik adalah keberadaan anak-anak Dieng yang berambut gembel merupakan fenomena sosial sekaligus mistis yang akan meninggalkan rasa penasaran. Selain itu ternyata Dieng juga memiliki cagar budaya peninggalan-peninggalan berupa candi tempat Dewa Bersemayam, yaitu kompleks Candi Arjuna. Memang kompleks candi tersebut tidak semegah layaknya Candi Prambanan atau Borobudur di Magelang namun letaknya yang berada di ketinggian diatas 2000 mdpl tersebut memiliki nilai tersendiri.


Tiba saatnya untuk kulineeeerrr...Hal yang membuat saya betah berlama-lama disana adalah makan apapun disana rasanya pasti selalu enak, nambah-nambah. Entah udara sejuk yang membuat nafsu makan saya menggila tapi saya akui kentang goreng di Dieng memang juaranya bahkan jika dibandingkan dengan kentang goreng di fast food manapun. Belum lagi nasi goreng jamur yang menggugah selera dan yang pasti tidak ketinggalan Mie Ongklok yang menjadi penganan wajib ketika berkunjung kesana. Pengunjung pun tidak perlu dipusingkan dengan oleh-oleh karena dataran tinggi Dieng dengan kesuburan lahannya yang luar biasa menghasilkan berbagai macam sayur dan buah yang dapat dijadikan sebagai ‘buah tangan’ saya. Misalnya saja Carica, sejenis pepaya yang biasanya diolah menjadi manisan, purwaceng sejenis ginseng yang bermanfaat untuk meningkatkan stamina dan daya tahan pria, Kacang Dieng, keripik kentang, keripik jamur dan masih banyak lagi.



Jadi..sekali lagi apa yang terbayang di benak kalian ketika berkunjung ke dataran tinggi Dieng...? Bagi saya ini semata merupakan wisata hati yaitu tentang bagaimana kita harus selalu bersyukur dengan keindahan yang dimiliki oleh Indonesia, tentang rasa bangga yang membuncah karena telah menjadi bagian didalam NKRI dan tentang tanggung jawab untuk selalu menjaganya karena ini semua merupakan bagian kecil dari nikmat yang diberikan Allah SWT.

0 komentar:

"Vaastu: A Way to be Found..."

Tulisan ini dipersembahkan kepada mereka yang mendedikasikan sebagian waktunya di perjalanan demi sebuah petualangan baru: para traveler, para pencari arah!

Tulisan ini sendiri berkisah tentang seorang pria solo traveler yang berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Selain bermodalkan peta, ia juga mempercayakan Vaastu-nya kepada penduduk lokal untuk memandunya selama perjalanan. Ia menjelajahi berbagai tempat, mulai dari perbukitan, perkebunan, pasar, hingga pantai. Dan di persinggahan terakhirnya, ia biarkan dirinya menyerap segenap keindahan yang ditawarkan tempat itu. Saat itulah ia menemukan Vaastu-nya.

Setiap traveler membutuhkan panduan untuk mencapai destinasi impian mereka. Panduan tersebut dapat berasal dari mana saja, mulai dari yang paling konvensional seperti peta atau penduduk lokal, sampai internet seperti situs perjalanan, blog, dan sebagainya.

Seorang traveler sejati beranggapan bahwa pemandu terbaik dalam perjalanan adalah penduduk lokal. Tak hanya petunjuk, dari mereka kita juga kerap mendapatkan cerita menarik yang mewarnai perjalanan soal destinasi yang akan atau sedang kita kunjungi.


Vaastu, merupakan buah panduan yang tepat. Sehingga meski traveling seorang diri (solo traveling), kita tak semestinya takut untuk menemukan kejutan-kejutan yang menanti di perjalanan.Vaastu, merupakan buah dari panduan yang tepat tersebut. 

Barangkali ada pepatah klasik yang dilontarkan oleh seorang filsuf dan theologis Latin, St. Augustine, tepat menggambarkan pesan yang ingin disampaikan oleh tulisan tentang Vaastu ini: "The world is a book, and those who do not travel read only one page."


Bepergian lah, dan temukan sendiri arahmu. Tak perlu gentar, justru sebaliknya, sambut lah kejutan-kejutan tersebut dengan tangan terbuka sebagai sebuah pengalaman baru.

Bermimpi. Berkemas. Berangkat !!!

"Like all great travelers, I have seen more than I remember, and remember more than I have seen." – Benjamin Disraeli

0 komentar:

Let's Get Lost. Enjoy it


saya mau meng-share tentang tips-tips bertraveling ala backpacker. biar sedikit ini sangat berguna lho BRO nah baca dan diperhatikan dengan sesama. wah kayak guru ajah ni gue hehehhe
1. Yang termurah belum tentu yang terbaik, terlalu ngotot beli tiket bus/kereta ke stasiun dengan maksud menghemat. Padahal jika ke terminal/stasiun saja sudah harus naik transportasi dan memakan waktu lama, belum lagi ngantrinya. Andaikan hanya beda Rp. 5.000 – Rp. 10.000, apakah sebanding dengan waktu yang dihabiskan untuk membeli tiket di stasiun/terminal. Dan apakah sebanding dengan capeknya mengantri untuk sebuah harga yang hanya berbeda Rp. 5.000 – Rp. 10.000? Jika penginapan menawarkan harga tiket bus/kereta yang lebih mahal 5-10%, mungkin itu yg terbaik. 

The cheapest option may not be best. 

2. Tidak ada tumpangan yang gratis, tidak peduli seberapa ramah supir taksi & tuktuk yg memberi tur panjang dengan harga murah. Jika kita ingin menggunakan taksi & tuktuk, hindari orang-orang yang duduk atau mangkal di depan hotel. Berjalanlah sedikit saja ke arah jalan raya/ramai, maka kita akan menemukan supir taksi yang benar-benar bekerja mencari nafkah. 

3. CALO. Dimana pun kita berada, selalu ada calo!! Saya rasa, bahkan lebih banyak dr turisnya!! Dimana-mana, para calo selalu menanyakan kepada kita, tentang: “apakah kita membutuhkan taksi?”, “makanan?” dll. Dan ketika anda mengatakan TIDAK kepada calo, otomatis mereka akan meninggalkan anda. Akan tetapi di beberapa tempat, para calo super ini sangat ngotot, mereka selalu mengikuti kita dan memintanya berulang-ulang. Pfftt -_____- 

Cara terbaik untuk menghindari para calo yang gigih tadi, hindari kontak mata dan perlihatkan gestur dan mimik muka kita yang paling bete sob !! 

Pertanyaan dari calo yang paling sering ditanyakan kepada kita adalah,"kamu dr mana?", "apakah ini kedatangan yang pertama kalinya kesini ?" Maka anda hanya perlu jawab: "ini adalah kedatangan saya yang KEDUA !!" 

Everywhere, DEALING WITH TOUTS ! Annoying !! 

4. Duduk dan amati. Carilah kafe di pesimpangan jalan yang ramai, lalu duduklah selama 1 - 2jam, dan amati rutinitas sehari-hari disana. Dalam keadaan tersebut, kita akan belajar lebih banyak tentang budaya & rutinitas masyarakat setempat. Dan kita bisa melakukan kegiatan ini selama 1 - 2 jam dari kegiatan 1 hari tour kita sob ;) 

SIT AND WATCH !!!!! 

5. Tersenyum dan lakukan kontak mata. Suka kaget kalau liat wisatawan yang memasang muka kusut dan kelipet. Dan suka kaget juga kalau melihat wisatawan yang tidak mencoba untuk berinteraksi dengan orang-orang yang mereka temui di perjalanan. Pffffttt -___- 

Sebagian traveler hanya melihat-lihat "pemandangan", temple, gedung-gedung, kemudian mengambil foto, dan kembali lagi ke hotel. Memang yang seperti itu tidak akan terlalu lelah dan memakan banyak tenaga, namun menurut saya mereka telah melewatkan setengah dari pengalaman ;) 

Berbaur dengan penduduk lokal, menemukan budaya yang berbeda, dan mempelajari gaya hidup mereka. Inilah motivasi perjalanan ! Mencoba tersenyum, melakukan kontak mata dengan penduduk lokal adalah cara terbaik menegur mereka. Sebuah anggukan kepala dan senyuman akan menghasilkan percakapan, lumayan kan bercengkerama dengan penduduk lokal.

SMILE and MAKE EYE CONTACT !! 

6. Jangan takut kelihatan atau terlihat bodoh, setiap berkunjung ke tempat yang jauh dan asing, sudah barang tentu kita akan terlihat bodoh, lucu, dan unik. Dari cara kita berjalan, kemudian menyebrang, cara memesan makanan, orang-orang setempat akan memperhatikan kita. Belum lagi gaya berpakaian kita yang berbeda dengan warga setempat, tampaklah kita terlihat bodoh, tapi bodoh tak selamanya buruk loh. Ketika kita berbicara dengan bahasa tarzan, gimana nggak kelihatan bodoh tuh sob !! Tapi lucu dan seru pastinya. Terkadang kita harus menggambarkan sesuatu, ketika sedang berkomunikasi dengan warga setempat. Hahaha 

DON'T BE AFRAID TO LOOK STUPID !! 

7. Ayo nyasar, ini sangat keluar dari kebiasaan sob, akan tetapi mengikuti buku panduan akan membuat perjalanan kita terasa flat dan monoton. Tinggalkan buku panduan yg menyedihkan itu, ambil kartu nama di penginapan, memilih arah (kanan, lurus atau kiri), dan mulailah jalan ! Kita tidak akan memasuki tempat shopping dan restoran, tetapi kita akan menjumpai lingkungan asli setempat. Ketika "nyasar" kita akan melihat penduduk lokal yang benar-benar menjalankan gaya hidup mereka, dan itu yang bisa di jadikan pelajaran bagi kita.

Mungkin kita akan menemukan anak-anak kecil yang tertawa melihat orang asing yang berjalan di area mereka, jangan khawatir, itu asyik & keren loh sob ! Kita akan menemukan orang yang sedang bergosip di depan rumah, anak-anak berolahraga, orang-orang yang sedang mencuci pakaian, memasak, dll. Dan kita juga akan menyaksikan senyum bahagia penduduk setempat karen melihat kita sob !! Siapa tau bakal dijamu di rumah mereka ! :D

Dan terlebih lagi jika kita disuruh menikahi anak mereka, gimana nggak cihuy tuh tips "nyasar" !! hahaha :P 

Jika kita benar-benar hilang ketika "nyasar" gampang !! Cari taksi dan ojek sob !! Kasih kartu nama penginapan kita untuk kembali, beres !!

IT'S EASY RIGHT ???? YEAHHHH !!!!! LET'S GET LOST !!!!! 



Demikianlah tips-tips sederhana bertraveling ala backpacker yang sudah saya share. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima gaji. 


0 komentar:

Membawa Ransel Bukan Berarti Backpacker lho !!




































Jika ditilik dari kamus mini Oxford, Backpack atau Rucksack adalah a bag carried on the back, used by walkers. Menurut pengartian saya pribadi berarti : tas ransel. Jadi definisi backpacker secara harfiah adalah orang yang membawa tas yang digendong. Namun apakah kalau saya trip bawa tas ransel dan tinggal di hotel bintang lima bisa disebut backpacker? Ya enggak lah. Jenis tas yang dibawa tidak sekaligus menunjukkan jenis perjalanan yang kita lakukan.

Namun kadang kita sering melupakan semangat dan filosofi dari backpacking. Seringkali saya ber-backpacking hanya penampilan. Memanggul tas segede dosa seperti hendak camping selama setahun (sehingga berbagai barang dibawa) dan menunjukkan latar belakang foto tempat-tempat keren di penjuru negeri, memang keren.

Tapi apakah kita sudah menjadi seorang backpacker?

Aktivitas backpacking seringkali dijadikan rujukan bagi para pejalan yang ingin melakukan suatu perjalanan dengan biaya rendah dan biasanya memakan waktu yang panjang. Salah kaprah pun kerap terjadi. Semangat dan filosofinya pun tereliminasi.

Backpacking tidak semudah itu dirumuskan, meski salah kaprah tersebut mengandung beberapa unsurnya.

Beberapa unsur-unsur penting yang bisa saya ekstrak dari berbagai definisi backpacking adalah biaya rendah, waktu yang panjang, kemandirian, perhitungan, dan interaksi dengan kehidupan setempat.

Biaya merupakan unsur pertama. Bepergian dengan biaya serendah mungkin, merupakan salah satu ciri backpacking. Implikasinya, para pejalan sering menggunakan sarana transportasi umum karena perhitungan biaya tadi. Namun ndak menutup kemungkinan, menggunakan sarana transportasi umum bisa lebih mahal bila menggunakan kendaraan pribadi, apalagi jika transportasi publik kurang memadai di daerah tersebut.

Kendaraan umum dipilih para pejalan untuk mencapai tujuannya, bukan hanya pertimbangan faktor biaya. Faktor interaksi dengan penduduk lokal, melihat dan merasakan secara langsung kehidupan penduduk, hingga bila memungkinkan berbincang-bincang menggunakan bahasa lokal serta memahami budaya mereka, menjadi unsur lain dari backpacking yang tidak bisa ditemukan bila menggunakan kendaraan pribadi.

Bertanya kepada penduduk cara mencapai suatu tempat, hingga menginap di rumah-rumah penduduk, kerap kali dilakukan para backpacker untuk merasakan dan memahami kehidupan setempat.

Hostel-hostel yang memudahkan interaksi antar pejalan yang menginap juga menjadi cara mereka untuk mengenal wilayah. Bertemu dan bertukar informasi dari sesama pejalan yang berasal dari berbagai tempat dan latar belakang budaya, tentu menjadi pengalaman tersendiri.

Para backpacker tidak hanya mendatang tempat-tempat wisata umum, mereka juga mencoba mengetahui lebih banyak daripada wisatawan biasa yang biasanya cuma setor foto dan cerita-cerita menyenangkan. Backpacker mencoba untuk lebih dalam mengetahui berbagai hal tentang suatu tempat, sehingga selain untuk bersenang-senang, mereka juga belajar.

Backpacker bukan hanya memuja-muja biaya rendah, nggak harus ngirit sengirit-ngiritnya. Ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu waktu. Ya, waktu memang sering kali bertolak belakang dengan biaya.

Bepergian dengan biaya rendah biasanya memakan waktu yang lama, begitu juga sebaliknya, menggunakan transportasi yang “mahal” bisa menghemat banyak waktu. Menggunakan kereta api berbiaya murah tentu memakan waktu lebih lama daripada menggunakan pesawat berbiaya lebih mahal, bukan?

Sialnya lagi, kalo budget dan waktu mepet. Sial benar backpacker macam beginian. Hahaha.

Begitu juga ketika menentukan akomodasi. Penginapan dengan lokasi strategis yang dapat menghemat banyak waktu tentu juga lebih mahal daripada penginapan yang terletak di kawasan pinggiran. Tentu saja terlepas dari pelayanannya.

Perhitungan dan kecermatan dalam menghitung ini adalah faktor yang harus dimiliki backpacker. Ndak hanya uang, barang-barang yang perlu dibawa ketika bepergian tentu juga perlu dipikirkan. Backpacker cenderung membawa sedikit barang karena demi mengurangi beban. Semua barang kan dibawa dengan tas punggung, yang tujuannya memudahkan mobilitas, sehingga harus dihitung benar barang-barang apa saja yang bisa masuk ke tas punggung dan seberapa kuat dia membawanya.

Dulu, backpacker jarang membawa benda-benda berharga yang sekiranya tidak perlu. Laptop, telepon seluler, dan sebagainya ditinggal di rumah karena faktor efisiensi tempat dan keamanan. Sekarang banyak juga backpacker yang membawa gadget-gadget pendukung yang tentunya memudahkan mereka bepergian, semacam telepon genggam, kamera, hingga GPS.

Backpacker yang baik tentu bisa menguasai medan. Punya kemampuan membaca peta dan menentukan arah mata angin, akan sangat berguna apalagi ketika tersesat. Menguasai berbagai macam bahasa tentu akan sangat membantu lagi. Ini prinsip kemandirian yang dipegang.

Menjadi backpacker memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Keterbatasan dana membuat mereka harus memutar akal supaya bisa mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan. Ini tentu beda dengan layaknya wisatawan yang memang datang ke suatu tempat untuk bersenang-senang dan rekreasi.

Apapun pilihan kita ketika bepergian, dengan ala backpacker atau wisatawan, selama kita nyaman dan menikmati perjalanan kita, sumangga saja. Yang penting senang dan ndak merusak tempat-tempat tujuan tersebut.

Ngomong-ngomong, saya bukan, eh belum, menjadi seorang backpacker. Masih wannabe. Kalo ada tawaran menjadi wisatawan, apalagi dibayari, saya memilih cara wisatawan aja deh! Hehehe… Anyway, Yang paling utama adalah ketika kaki kita menjejak tanah di daerah tujuan, lupakan segala kekhawatiran. Nikmati saja pengalaman lahir dan batin, kejadian apa pun yang kita alami. Mulai dari tersesat di bandara sampai sok gaya di Kuala Lumpur sambil nongkrong dan dikira TKI. Sekian dan terima gaji! :D hahaha

0 komentar:

apa itu backpacker?


Backpacker adalah istilah yang secara historis telah digunakan untuk menunjukkan suatu bentuk murah, perjalanan nasional/internasional independen. Ketentuan seperti perjalanan independen dan/atau anggaran perjalanan sering digunakan bergantian dengan backpacker. Faktor-faktor yang s

Definisi backpacker telah berevolusi sebagai wisatawan dari berbagai budaya dan wilayah berpartisipasi dan akan terus berkembang, mencegah definisi baku. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa, "... Backpackers merupakan kelompok heterogen terhadap keragaman Alasan dan makna yang melekat dengan pengalaman perjalanan mereka. ... Mereka juga ditampilkan sebuah komitmen bersama untuk suatu bentuk non-institusional perjalanan, yang pusat identifikasi diri mereka sebagai Backpackers. " Backpacker sebagai gaya hidup dan sebagai sebuah bisnis telah berkembang cukup dalam (era tahun 2000-an) sebagai biasa dari maskapai penerbangan bertarif rendah, hotel atau akomodasi anggaran di banyak bagian dunia, dan komunikasi digital dan sumber daya membuat perencanaan, pelaksanaan, dan melanjutkan perjalanan Backpacking jangka panjang lebih mudah dibandingkan sebelumnya.

Sejarah BACKPACKER

Meskipun tidak ada jawaban pasti mengenai asal tepat Backpacker, akar-akarnya dapat dilacak, setidaknya sebagian, ke jalur Hippie tahun 1960-an, dan 70 yang kemudian diikuti bagian-bagian dari Jalan Sutera tua. Bahkan, beberapa Backpackers hari ini mencari untuk menciptakan kembali perjalanan yang, meskipun dengan cara yang lebih nyaman, sementara memanfaatkan popularitas saat ini gerakan hijau. Melihat jauh ke dalam sejarah, Giovanni Francesco Gemelli Careri telah dikutip oleh beberapa sebagai salah satu Backpackers pertama di dunia.

Sementara perjalanan sepanjang Trail Hippie tua telah diberikan rumit sejak awal tahun 80-an akibat kerusuhan di Afghanistan, Irak dan Iran yang terus berlangsung sampai sekarang, backpacking telah diperluas untuk sebagian besar wilayah di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan anggaran dan maskapai penerbangan biaya rendah telah memberikan kontribusi untuk ekspansi ini. Pada saat ini, baru "jejak hippie" sedang dibentuk terhadap Afrika Utara di tempat-tempat seperti Maroko dan Tunisia, dan tujuan lain yang dicapai oleh penerbangan murah.

Perubahan teknologi dan perbaikan juga memberikan kontribusi terhadap perubahan Backpacking. Backpackers tradisional tidak bepergian dengan peralatan elektronik mahal seperti komputer laptop, kamera digital dan PDA karena kekhawatiran tentang pencurian, kerusakan, dan berat bagasi tambahan. Namun, keinginan untuk tetap terhubung digabungkan dengan tren dalam elektronik ringan telah memunculkan trend flashpacking, yang telah dalam keadaan evolusi terus menerus dalam beberapa tahun terakhir. Simultan dengan perubahan pada "apa" mereka bawa, Backpacking juga menjadi kurang dan kurang bergantung pada ransel fisik dalam bentuk awal meskipun ransel masih dapat dianggap sebagai bagasi utama Backpackers.

Jenis BACKPACKER

Flashpacker

Flashpacker adalah kata baru digunakan untuk merujuk ke backpacker makmur. Sedangkan Backpacking secara tradisional dikaitkan dengan anggaran dan tujuan perjalanan yang relatif murah, flashpacking memiliki asosiasi dari pendapatan lebih saat bepergian dan telah didefinisikan hanya sebagai Backpacking dengan anggaran yang lebih besar.

Definisi sederhana dari istilah Flashpacker dapat dianggap sebagai Backpacking dengan flash, atau gaya. Salah satu aliran pemikiran mendefinisikan flashpacker sebagai segmen yang berkembang pesat wisatawan yang mematuhi anggaran akomodasi sederhana dan makan, sementara belanja bebas, bahkan berlebihan, untuk kegiatan di tempat tujuan yang mereka pilih. Sekolah lain pemikiran mendefinisikan flashpacking sebagai campuran ganjil dari 'slumming itu dan kemewahan; perjalanan petualangan dengan orang-orang pada siang hari dan anggaran tenang dan nyaman akomodasi makan malam. Flashpackers telah ditetapkan lebih lanjut sebagai petualang tech-savvy yang sering lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan ponsel, kamera digital, iPod dan laptop, meskipun tidak ada yang diperlukan untuk menjadi seorang flashpacker. Seperti bentuk-bentuk lain dari perjalanan, istilah flashpacker terutama salah satu dari identifikasi diri. Asal istilah itu sendiri tidak jelas.

Istilah ini juga mencerminkan pertumbuhan demografis wisatawan yang mengabaikan diselenggarakan perjalanan tradisional, bertualang ke berbagai tujuan setelah cadangan Backpackers lebih petualang, dan meningkatnya jumlah orang yang meninggalkan pekerjaan dengan baik dibayar atau istirahat karir, menggunakan waktu untuk perjalanan secara mandiri, tapi dengan kenyamanan yang lebih besar dan banyak gadget mereka terbiasa di rumah. Akibatnya, hostel yang berkembang dan menawarkan akomodasi yang lebih up-pasar dan fasilitas untuk mereka yang masih bepergian pada anggaran untuk mendapatkan bisnis mereka. Pihak Perhotelan telah menyadari kebutuhan untuk berkembang dalam rangka memenuhi tuntutan perubahan wisatawan.

Gap-packer

"Gap-packer" adalah kata baru yang digunakan biasanya untuk merujuk kepada orang-orang yang backpack ke beberapa negara dalam waktu singkat sedangkan pada tahun kesenjangan antara sekolah dan universitas, atau antara universitas dan pekerjaan pertama mereka.

Megaloping

Megaloping adalah kata baru untuk menyebut Backpacking hanya menggunakan angkutan umum.

Budaya

Penting dalam backpacking adalah rasa keaslian. Backpacking dianggap sebagai lebih dari berlibur, tetapi sarana pendidikan. Backpackers ingin mengalami "sebenarnya" tujuan dan bukan versi paket yang sering dikaitkan dengan pariwisata massal, yang telah menyebabkan pernyataan yang anti-Backpackers wisata. Ada juga rasa "menyelinap di balik panggung" dan menyaksikan kehidupan nyata dengan keterlibatan lebih banyak dengan masyarakat setempat.

Kritik

Backpacker, seperti bentuk-bentuk lain dari perjalanan, masih kontroversial. Beberapa kritik tanggal kembali ke tindakan travellers 'sepanjang Trail Hippie. Kritik, datang dari berbagai pihak, termasuk negara-negara tuan rumah dan wisatawan lain yang tidak setuju dengan tindakan Backpackers meskipun persepsi Backpackers tampaknya telah ditingkatkan sebagai Backpacking memiliki menjadi lebih mainstream. Erik Cohen catatan bahwa meskipun salah satu tujuan utama backpacking adalah untuk mencari otentik, mayoritas Backpackers menghabiskan sebagian besar waktu mereka berinteraksi dengan backpackers lain dan interaksi dengan penduduk lokal adalah dari "kepentingan sekunder".

secara tradisional membedakan Backpacker dari bentuk pariwisata lain tetapi tidak terbatas pada hal berikut: penggunaan angkutan umum sebagai sarana perjalanan, preferensi penginapan sampai hotel tradisional, lama perjalanan liburan vs konvensional, penggunaan ransel, suatu kepentingan dalam rapat lokal, dan juga melihat pemandangan/wisata.

0 komentar:

Pantai Klayar, Pantai Surga Berombak Garang



Selain dikenal dengan seribu goanya pacitan juga mempunyai pantai yang luar biasa keren. Sumpah, susu tumpah 

Klayar terletak sebelah barat Pacitan memberikan keunikan tersendiri sama karakteristik pantai-pantainya. Mulai dari pantai dengan pasir putih yang halus bagaikan tepung terigu di warung Bu Sastro, pantai dengan warna air yang biru hingga hijau sampai pantai yang memiliki deretan batu karang besar dengan berbagai macam bentuk laguna. Subhanauloh indah sekali ciptaan Tuhan sampai ngiler lihat itu pantai.


Pantai ini masih sangat sepi. Jika datang bukan pada hari libur, Anda hanya akan menemukan beberapa nelayan yang sedang memancing. Hamparan pasir putih membentang dengan ombak sejernih kristal memecah di bibir pantai, diapit bukit karang di kanan dan kirinya. Anda bisa naik ke bukit karang di sebelah kanan dan menikmati pemandangan landscape Klayar yang indah dari sebuah gardu pandang.


Puas menikmati Klayar dari atas, berjalan-jalan menyusuri pasirnya yang putih menjadi pilihan yang paling pas. Berjalan ke arah timur, Anda akan bertemu dengan sebuah sungai kecil yang mengalir membelah pantai untuk kemudian menyatu dengan air laut. Menyeberangi sungai ini menjadi sensasi tersendiri yang mengasyikkan. Di beberapa titik kedalamannya mencapai paha orang dewasa. Tidak jauh dari muara ini, sungai lain yang lebih kecil namun tidak kalah cantik mengalir tenang membentuk muara yang kedua. Dasarnya berpasir hitam dengan garis-garis pasir putih yang terbawa dari pantai.

Seruling Laut, Batu Karang Sphinx, dan Karang Bolong
Di ujung timur Anda akan disapa oleh sebuah laguna yang jelita. Diapit 2 gugusan batu karang, laguna ini terlihat indah dengan gulungan ombak jernih yang menghantam dinding karang dan kemudian memecah dan berputar di hamparan pasir putih. Laguna kecil ini memang mempesona dan membuat betah berlama-lama duduk santai memandangnya. Ombak berkali-kali menghempas batu karang dengan kuatnya dan menimbulkan efek air terjun di dindingnya dengan buih-buih putih yang cantik.

Batu-batu karang menjulang tinggi di sebelah timur laguna. Salah satunya kalau diperhatikan mirip dengan bentuk Sphinx. Saya sempat memotretnya dan menunjukkannya kepada seorang teman yang berasal dari Mesir. Dia pun mengakui kemiripan ini. Menjelajahi area karang di belakangnya, terlihat beberapa lubang kecil berisi air yang nampaknya menjadi rumah bagi kepiting-kepiting kecil. Nun jauh di sebelah kanan, nampak bukit karang dengan terowongan alami di bawahnya.



Jangan kaget ketika di belakang Anda tiba-tiba sebuah air mancur menyembur ke atas. Lagi-lagi sebuah fenomena alam luar biasa. Ada sebuah celah di batu karang ini. Ketika ombak datang dengan cukup deras, sebagian airnya masuk ke bawah batu dan menyembur ke atas seolah sebuah air mancur raksasa yang bisa mencapai ketinggian hingga 10 meter. Air mancur ini juga disertai dengan suara mirip siulan sehingga sering disebut sebagai seruling laut.

Ingin berlama-lama menikmati keeksotisan Klayar? Anda bisa mencoba mecari spot. Naik ke pinggang batu karang sphinx yang cukup lebar dan duduk di sana sambil menikmati gulungan ombak laguna dengan efek air terjunnya di sebelah kanan, air mancur alami di sebelah kiri, karang bolong nun jauh di sana, dan bentangan laut sejauh mata memandang. Rebahkan tubuh dan tutuplah mata. Dengarkan laut bernyanyi untuk Anda dengan deburan ombaknya, dan Anda pasti langsung jatuh cinta.


0 komentar: